Minggu, 16 September 2012

Analisa Pengalaman Pribadi


Pengalaman:
Ketika SD saya pemain tenis meja. Saya juga sering mengikuti lomba-lomba. Orang tua mendukung kegiatan tersebut karena papa saya juga seorang atlet. Suatu kali saya mengikuti lomba untuk mewakili kabupaten. Saya masuk ke semifinal. Ketika semifinal saya mendapatkan lawan yang lumayan berat. Babak pertama dia menang, dan babak kedua saya yang menang. Ketika babak selanjutnya, datang seorang ibuk-ibuk yang merupakan supporter dari lawan. Dia sangat heboh, berteriak keras, dan menggedor-gedor kaca yang membatasi kami. Saya benar-benar merasa terganggu dan tertekan. Akhirnya saya kalah dengan skor 18-21. Saya menangis sekeras-kerasnya. Dan setelah itu, saya tidak pernah lagi mau main tenis meja.

Analisis:
Watson mengatakan reaksi positif dan negatif jika dipasangkan dengan suatu stimulus dapat membuat kita merespon sesuatu kejadian atau objek.  Reaksi negatif saya terhadap tenis meja, dikarenakan ibu-ibu yang berteriak sangat keras dan memukul-mukul kaca yang suaranya sangat mengganggu itu ketik saya bertanding. Suara tersebut membuat perasaan saya sangat tidak enak dan tertekan sehingga saya tidak bisa berkonsentrasi. Perasaan negatif tersebut membuat saya juga memberikan respon yang negatif kepada tenis meja. Dan saya tidak lagi mau main tenis meja.
Proses transfer juga dijelaskan oleh Watson untuk prilaku seseorang terhadap suatu kejadian atau objek. Disini proses transfer yang terjadi adalah antara tenis meja dan ibu-ibu yang berteriak sambil memukul-mukul kaca. Karena saya tidak suka mendengar ibu-ibu itu berteriak dan membuat saya tertekan, perasaan itu juga saya transfer kepada tenis meja. Sehingga saya juga menjadi tidak menyukai tenis meja tersebut.
Jadi prilaku seseorang terhadap suatu objek atau kejadian, bisa dia dapatkan dari emosi yang dia rasakan ketika berhadapan dengan oejk tersebut, atau bisa saja terjadi proses transfer diantara satu objek dengan objek lainnya.

Senin, 10 September 2012

Teori-teori belajar Awal

anggota kelompok :
Nadya Putri Delwis (10-024)
Melva Safira (10-036) 
Qurratu Aini (10-067) 
Aprilia Windy S (10-088)

Ivan Pavlov----Pengkondisian Klasik
Ivan Pavlov melakukan salah satu ekperimen laboratorium pada anjing. Fokus utama Pavlov dalam risetnya ini merupakan refleks. Dimana refleks merupakan proses dimana kejadian atau stimuli dapat memicu respon. Pavlov menggunakan anjing dalam penelitiannya ini, Dan pada akhirnya ia menemukan cara untuk mengontrol perilaku munculnya air liur anjing tersebut.
Dalam penelitian ini, terdapat 3 tahap. Yang pertama adalah tahap pra-ekperimental atau tahap alamiah. Dimana Pavlov menyebutkan stimulus pada tahap alamiah ini sebagai UCS (unconditioned Stimulus) serta respon refleksnya sebagai UCR (Unconditioned Response).  Sebagai contoh, ketika terdapat makanan (UCS), anjing refleks mengeluarkan air liur (UCR).  Tahap yang kedua tahap percobaan eksperimental, dimana pada tahap ini diberikan stimulus yang dipasangkan pada suatu hal yang sebenarnya tidak berkaitan secara berulang ulang terus. Dan pada tahap ketiga, yaitu tahap pasca ekperimental atau dikondisikan. Misalnya pada tahap kedua tadi diberikan makanan dan suara garpu secara bersamaan, respon yang muncul adalah air liur keluar. Ini dilakukan terus menerus. Sehingga pada tahap ketiga, ketika hanya ada suara garpu (CS= Conditioned Stimulus), air liur anjing tetap keluar (CR=Conditioned Respon/Reflex).
Jadi inti dari ekperimen tersebut adalah melatih refleks untuk merespon stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus secara alamiah memunculkan refleks. 
·       Watson----Behaviorisme.
John Watson mengidentifikasi ada tiga reaksi emosional alamiah pada bayi yaitu cinta, takut, dan marah. menurutnya, emosi individu melibatkan pengkondisian dari tiga reaksi emosi tersebut. Watson melakukan eksperimen terhadap Albert, 11 bulan untuk mengkondisikan rasa takutnya terhadap objek yang berbulu halus.
Reaksi positif dan negatif dapat dikondisikan terhadap berbagai objek atau kejadian. Reaksi parental terhadap suatu objek juga dapat mempengaruhi reaksi emosi anak terhadap objek tersebut (suka atau takut). Reaksi emosional juga dapat terjadi dengan satu kali pemasangan stimuli saja. Misalnya ketika seseorang hendak kecelakaan di simpang tiga jalan, sehingga detak jantungnya menjadi cepat, keringat dingin, dan ketika dia melewati simpang tersebut di lain waktu, dia juga mengalami reaksi psikologis yang sama kembali.
Di dalam kelas munculkan suatu yang dapat menimbulkan reaksi positif terhadap suatu tindakan. Misalnya,menempatkan karpet di sudut kelas agar dapat tercipta tempat membaca yang nyaman sehingga menimbulkan reaksi positif terhadap kegiatan membaca tersebut. Guru harus bisa dan pintar untuk menyiapkan strategi-strategi khusus agar anak terhindar dari reaksi negative yang ditimbulkan karena suatu kegiatan. Sehingga tidak ada transfer reaksi emosional yang negative dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya di kelas. 
Walaupun, teori pengkondisian ini sangat sederhana, namun kalau dilihat di dalam kenyataan memang begitulah adanya. Kadang kita tidak menyadari bahwa kita takut dengan ular karena kita pernah melihat reaksi takut orang tua ketika melihat ular. Kita tidak suka dengan sate, karena melihat teman kita muntah setelah dia memakan sate. Hal semacam itu terkadang tidak kita sadari namun ternyata itu merupakan contoh dari teori pengkondisian.
Jadi sebenarnya, teori belajar behaviorisme ini sering sekali terjadi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya dilihat dari hal yang kecil saja seperti ketika orang tua kita sangat menyukai bunga, dorongan positif yang ibu berikan akan memperngaruhi kita untuk juga suka dengan bunga. 
·       Edward Thorndike----- Koneksionisme
Thorndike berbeda dalam dua hal dengan pengkondisian klasik, beliau tertarik dengan proses mental dan  alih-alih meriset reaksi refleks atau tidak sukarela beliau meneliti prilaku mandiri atau sukarela. Thorndike melakukan eksperimen pada hewan dengan meletakkan makanannya di luar sangkar dan tugas hewan tersebut itu adalah membuka tutup sangkar. Eksperimen ini disebut pengkondisian eksperimental dan teorinya disebut koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara reaksi mandiri dengan stimuli particular.
Thorndike mengemukakan tiga hukum belajar:
a. hukum efek menyatakan bahwa suatu kedaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat perilaku yang tepat untuk sebuah situasi namun, jika keadaan kurang memuaskan setelah respon akan memperlemah perilaku tersebut untuk sebuah situasi
b.    hukum latihan menyatakan bahwa pengulangan dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar.
c.    hukum kesiapan menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan dalam merespon impuls yang kuat adalah memuaskan, sedangkan memaksakannya dalam kondisi yang lain adalah menjengkelkan.
Thorndike menyatakan bahwa stimulus dan respon itu memiliki koneksi satu sama lain.
·       Gestalt
Psikologi Gestalt berpendapat bahwa yang seharusnya diteliti itu perilaku molar bukan molecular. Psikologi gestalt juga berfokus pada persepsi belajar. Gestalt berpendapat bahwa individu harusnya memahami kondisi lingkungannya sebagai sebuah organisasi yang dapat mempengaruhi tindakannya. Dengan pemahaman tersebut  seorang individu mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sebagai kontribusi dalam studi belajar, Gestalt mengemukakan istilah insight atau pemahaman wawasan. Insight ini didapat dari proses memahami lingkungan dan mencari tahu sehingga menemukan pemecahan suatu masalah. Insight berbeda-beda juga tiap individu tergantung pengalaman indivisu tersebut, misalnya buku yang dibaca oleh orang tersebut, lingkungan tempat dia bergaul dan faktor-faktor lainnya. Dari insight ini seseorang dapat menemukan solusi bagi masalahnya.
Gestalt menyarankan cara pembelajaran untuk memecahkan masalah:
a.    membuat tugas atau masalah dari situasi yang kongkret atau sebenarnya terjadi
b.    selama pemecahan masalah tidak boleh menggunakan prosedur yang sama atau pengulangan
c.   pembelajaran tidak boleh berasal dari masalah yang basi yang bisa diketahui pemecahannya dari hafalan.
Psikologi Gestalt ini sangat menekankan pada bahwa individu memahami aspek dari lingkungan sebagai stimuli dan merespon berdasarkan persepsi tersebut. Dan organisasi atau stimulus dari lingkungan tersebut merupakan proses, dan proses ini yang nantinya mempengaruhi persepsi. Salah satu contohnya seperti ketika kita melihat gambar 2.5, dalam gambar tersebut sebenarnya hanya ada duri duri namun kalau dilihat dalam gambar yang lengkap,akan menimbulkan persepsi kita terhadap gambar trsebut bahwa gambar tersebut sebenarnya berbentuk lingkaran yang dipenuhi duri.
·         Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Berdasarkan aplikasi pendidikan, psikologi behaviorisme mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengindentifikasi stimulus dan respon spesifik sebagai fokus riset, sedangkan Gestalt berpendapat bahwa seseorang yang merespon stimulus yang terorganisasi dan persepsi perorangan merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah. Dalam asumsi dasar, behaviorisme memandang perilaku harus dapat diamati, belajar merupakan perubahan serta hubungan antara stimulus dgn respon harus dipelajari sedangkan pada pskilogi Gestalt memiliki asumsi bahwa individu bereaksi pada sebuah kesatuan. Kesatuan tersebut memiliki properti baru yang berbeda dari apa yang ada pada elemen tersebut. Dalam eksperimen umum yang dilakukan pula terdapat perbedaann yaitu jika pada behaviorisme melakukan trial dan error serta berfokus pada respon emosional/refleks dan pemasangan stimulus. Sedangkan pada Gestalt, mengorganisasikan kembali dimana subjek ditempatkan pada situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi/pemecahan masalah.

Jumat, 22 Juni 2012

Evaluasi Kinerja Mata Kuliah Paedagogi


Perkuliahan yang saya rasakan dengan Bu Dina, selalu dengan cara yang tidak biasa. Karena sebelumnya di mata kuliah yang lain sudah memiliki pengalaman dengan cara pembelajaran Bu Dina, saya sudah mulai terbiasa juga. Namun, di awal-awal, saya merasa kurang  mendapatkan perhatian dari Bu Dina dibandingkan dengan mata kuliah lain yang pernah saya alami juga dengan Bu Dina.
Pengalaman micro teaching yang saya dapatkan juga sangat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi saya. Bertemu dan berinteraksi dengan anak-anak yang memiliki kepribadian dan cara berprilaku yang berbeda-beda membuat saya menjadi lebih mengetahui tentang anak-anak. Kegiatan ujian yang selalu diadakan online, merupakan aplikasi dari pemanfaatan TIK yang sudah harus lebih dimaksimalkan keberedaannya di zaman sekarang ini.

Jumat, 25 Mei 2012

Review Presentasi Micro Teaching



Kelompok 1
Nadya Putri Delwis (10-024)

Setelah kelompok mempresentasikan pelaksanaan micro teaching yang dilakukan di TK. Aisyah, ada beberapa hal yang menjadi feedback untuk kelompok. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut.
1.     Ada seorang anggota kelompok yang tidak dapat hadir karena terlambat.
2.     Ketika kelompok menampilkan video pelaksanaan micro teaching, presenter juga memberikan penjelasan mengenai video tersebut. Tetapi karena audio video yang tidak jernih, membuat penjelasan dan audio yang berbarengan menjadi terdengar berisik.
3.     Ada beberapa hal yang ditujukan kepada kelompok mengenai micro teaching. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.



Ø  Pertanyaan : Berkaitan dengan fenomena guru dikelas yang hanya
fokus pada murid-murid yang aktif sehingga murid lain menjadi malu dan cenderung pasif. Bagaimana kelompok menangani hal tersebut ketika menyampaikan materi dikelas ?
Jawaban      : Kelompok akan tetap merespon dengan memanggil anak
yang ditunjuk oleh gurunya untuk maju kedepan (mi-sal, mencertitakan video edukasi yang sudah ditonton). Setelah itu kelompok akan memanggil    anak lain yang tidak ditunjuk oleh gurunya. Bahkan   jika anak tersebut tidak mau dan malu-malu, salah seorananggotkelompok akan mendekatinya secara         personal dan menanyakan apakah ia mau untuk maju kedepan. Dan hasilnya cukup memuaskan, anak tersebut mengangguk dan mau untuk maju kedepan.

Ø  Pertanyaan    : Maksud penggunaan laptop oleh kelompok ketika
micro teching apakah hanya digunakan oleh kelompok selaku penyampai materi dikelas atau anak-anak juga ikut menggunakannya?
Jawaban         : Sebenarnya penggunaan laptop ketika micro teaching dimaksudkan digunakan oleh anggota kelompok selaku penyampai materi untuk memperlihatkan video edukasi yang berupa animasi. Karena seperti dijelaskan diawal, kelompok mengusung teori B.F. Skinner yang berorientasi pada teknologi. Dengan pengguaan teknologi ini diharapkan akan lebih menarik perhatian anak. Tetapi ketiak dilapangan, ada beberapa anak yang mencoba mengeksplor kemampuannya dengan membuka-buka salah satu laptop anggota kelompok dengan didampingi anggota kelompok itu sendiri.

Ø  Pertanyaan     : Kelompok  mengatakan bahwa didalam kelas ada 3
  orang anak berkebutuhan khusus. Apakah hal tersebut tetap membuat kelas efektif?
Jawaban          : Berdasarkan pengalaman micro teaching, kelas cukup efektif. Karena semua anggota kelompok berusaha untuk berada sedekat mungkin dan berinteraksi secara personal dengan semua anak. Anggota kelompok tetap berinteraksi dengan 3 anak berkebutuhan khusus tersebut. Sehingga kami bisa mengetahui apakah anak tersebut memahami materi yang disampaian didepan kelas atau tidak.

Ø  Pertanyaan     : Dalam video micro teaching yang kelompok 1 tadi
tampilan, saya melihat ada seorang anak yang bermain mobil-mobilan dikelas dan tidak memperhatikan apa yang anggota kelompok sampaikan didepan kelas. Bagaimana kelompok menanggapi hal tersebut?  
Jawaban             :   Kebetulan anak itu adalah satu dari tiga anak yang berkebutuhan khusus yang sudah kami jelaskan, banyak kegiatan yang dia lakukan dalam pelaksanaan micro-teaching dan kami secara bergantian mengajak dia untuk kembali terlibat dalam pelaksanaan micro-teaching.


Kamis, 17 Mei 2012

Pelaksanaan Micro Teaching (revisi)



Topik   : Mengenal Lingkungan


I.    Pendahuluan
Salah satu topik terhangat yang menjadi perbincangan serius dimasyarakat adalah memanasnya suhu bumi yang memberikan dampak besar bagi aktivitas manusia sehari-hari. Kenaikan suhu atau panas yang kita rasakan sekarang terjadi sangat cepat. Saat malam haripun kita merasakan panas yang tidak biasa. Hal ini terjadi karena global warming  atau pemanasan global yang diakibatkan efek rumah kaca, asap kendaran bermotor, asap pabrik dan industri serta penebangan liar yang semakin marak terjadi. Tidak hanya itu, pengelolaan pembuangan akhir (sampah) juga turut memberikan sumbangan yang besar bagi global warming. Hal-hal tersebut diatas sebenarnya belum terlambat untuk ditanggulangi. Bahkan kita juga masih bisa mencegah pemanasan global yang smakin hari semakin meningkat.

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa menanggulangi bahkan mencegah pemanasan global agar tidak meningkat atau meminimalkan efek buruknya bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi? Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal kecil secara individual terlebih dahulu. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon dihalaman rumah, mengurangi pemakaian listrik yang tidak berguna, mengurangi penggunaan bahan yang tidak bisa didaur ulang dan menggunakan lagi bahan-bahan yang masih bisa dipakai, tentu hal ini kita kenal dengan istilah daur ulang.

Mengingat wacana diatas, maka tema yang akan kami ambil dalam micro teaching adalah “ Sayang Bumi “. Tema ini mengusung gerakkan menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya. Semua kegiatan yang dirancang adalah bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang pentingnya menjaga bumi dan hal ini sejalan dengan isu global warming yang saat ini sedang diperbincangkan.

            Cara mengajar yang kami terapkan untuk mengaplikasikan tema “ Sayang Bumi” adalah dengan mengguakan strategi mengajar kelompok dan tim, ceramah serta strategi mencari dan menemukan. Kelompok juga mengaplikasikan teori B.F. Skinner untuk menyampaikan materi, yaitu dengan menggunakan teknologi. Kami menggunakan kaptop untuk menampilkan beberapa video yang berhubungandengan global warming, bagaimana hidup sehat dengan menjaga keseimbangan alam. Dalam video juga ditampilkan akibat buruk dari penebangan liar, buang sampah sembarangan dan beberapa pesan lain yang tentunya menarik dan tetap sejalan dengan tema yang kami usung.

            Selain itu kelompok juga mengajarkan anak-anak keterampilan dengan menggunakan barang-barang bekas (mendaur ulang). Sehingga barang-barang bekas tersebut tidak menjadi sampah yang bisa berakibat negatif bagi bumi.
I.1. Tujuan Micro Teaching
ü  Memperkenalkan anak pada keindahan alam
ü  Membimbing anak cara menjaga lingkungan
ü  Memberikan anak pengetahuan tentang dampak  tidak menjaga lingkungan
ü  Mengajarkan anak keterampilan dengan memanfaatkan barang-barang bekas
ü  Mengasah kreatifitas
I.2. Manfaat Micro Teaching
            Melalui rangkaian micro teaching ini anak lebih memperhatikan lingkungan.Selain itu pembagian kelompok bermanfaat agar anak mampu bekerja sama dengan orang lain. Video edukasi yang diberikan juga membuat anak mengenal teknologi, seperti laptop.

II.     Landasan Teori

Guru bertanggung jawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Tentu guru juga harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk kemajuan dibidang paedagogi sendiri, meskipun tidak ada formula yang akan menjamin semangat dan efektifitas bagi setiap siswa dalam setiap konteks, ada bukti-bukti luas yang terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa.Kegiatan belajar mengajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan teknologis melalui aplikasi teknologi pengajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran berbasis teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentranformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik.

Berkaitan dengan prinsip paedagogi yang telah disinggung diatas, kelompok akan menggunakan  5 strategi mengajar yang efektif untuk merealisasikan pengajaran yang bertema “ Sayang Bumi” yang telah direncanakan. 5 strategi tersebut yang pertama adalah pelatihan, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas. Yang kedua adalah ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses dan diingat

            Selain itu, seorang guru juga harus memiliki persyaratan baik itu yang cenderung statis maupun dinamis. Namun, melihat perkembangan yang begitu pesat, baik dalam hal teknologi maupun isu-isu lain guru menjadi lebih dituntut untuk memiliki persyaratan “dinamis”. Mengacu pada hal yang saat ini sedang berkembang yaitu isu-isu mengenai pemanasan global (global warming), maka tema “sayang bumi” menjadi tema yang mungkin sangat menarik dan baik diterapkan dalam proses pengajaran.

III.    Alat yang Digunakan
          Alat yang digunakan dalam micro teaching adalah,
·         Kertas Origami
·         Laptop
·         Reward, berupa susu.
·         Gelas air mineral bekas
·         Spidol warna,
·         Pita
·         Perekat

IV.    Lokasi
TK Aisyah
Jl.Abdul Hakim

V.     Perencanaan Kegiatan
Tanggal
Kegiatan
9-20 April 2012
Menyusun rencana kegiatan
20 April 2012
Tinjau lokasi
21 April 2012
Terjun ke lapangan




VI.     Perincian Dana
·         Reward                      : Rp.60.000,-
·         Origami                      : Rp.  5.000,-
·         Peralatan lainnya        : Rp.36.000,-

VII.    Perincian Kegiatan

VIII. Instruktur Kegiatan

Instruktur
Bentuk Kegiatan
Yohanti Viomanna
Menyanyi
Nadya Putri Delwis
Menari
Fauziah Nami
Video edukasi mengenai cara menjaga lingkungan
Elienz Vidella
Keterampilan Daur Ulang
Rizqa Retizha
Mengajar keterampilan origami
Fitri Dian Adlina
Video edukasi mengenai dampak tidak menjaga lingkungan













IX. Evaluasi
            Pada saat kedatangan kami untuk melaksanakan micro teaching, ada anak yang berulang tahun sehingga kelas digabung dengan kelas lainnya dan jumlah anak yang banyak membuat proses belajar kurang efektif. Pada saat observasi sebelumnya, guru mengatakan anak-anak sudah bisa membaca, namun karena kelas dicampur, sebagian besar ternyata anak-anak belum bisa membaca.
            Di kelas juga terdapat dua anak hyperaktif dan satu anak autisme. Sehingga membutuhkan kesabaran lebih dalam menjelaskan dikelas dan mengkontrol keadaan kelas. Dalam mengatasi anak-anak yang hyperaktif dikelas, kami mencoba untuk menarik perhatian mereka untuk selalu berfokus kepada kami, dan ternyata pemutaran video edukasi dan praktek ketrampilan dapat membuat mereka berpartisipasi dengan baik dikelas. Kelas yang tidak memiliki infokus membuat kami mengimprovisasi membagi kelas menjadi tiga kelompok dan mengajak mereka menonton bersama melalui laptop. Ternyata ini efektif untuk memfokuskan perhatian anak-anak.
            Untuk mengatasi anak yang autisme, kami mencoba untuk selalu mengajak ia berpartisipasi, baik dalam menentukan warna kertas, spidol, dll. Ini bertujuan untuk membuat ia lebih aktif. Dan cara ini juga berhasil.        
            Ketika kami meminta respon anak-anak, guru cenderung memilih anak-anak yang menonjol. Ini otomatis menurunkan kepercayaan diri anak-anak lainnya, dan membuat mereka malu untuk aktif dikelas. Ketika kami mengajarkan ketrampilan origami dan membuat gelas hias, anak-anak kami tanya satu persatu untuk memancing mereka aktif. Kami juga memberikan pujian ketika anak-anak dapat mengerjakan ketrampilannya. Hal ini kami lakukan untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka.
            Pada saat pemutaran video edukasi secara berkelompok anak juga terlihat lebih aktif bertanya. Dan setelah pemutaran, anak-anak dapat menceritakan kembali dengan baik makna video edukasi yang mereka lihat. Setelah micro teaching kami selesai, anak-anak terlihat lebih bersemangat dan aktif ketika kami meminta mereka menjelaskan bagaimana cara menyayangi bumi. Disini anak sudah tidak tampak malu untuk berpendapat.

X. Pesan dan Kesan Selama Micro Teaching

Ø  Fauziah Nami Nasution (10-016)     
Tantangan yang saya rasakan selama micro teaching di TK Aisyah ini adalah minimnya pengalaman saya untuk menguasai kelas. Terutama anak Tk dengan berbagai macama karakter. Mereka semua seharusnya mendapatkan perhatian yang sama. Ketika menghadapi anak yang kurang aktif dan pemalu saya berusaha melakukan pendekatan sebaik mungkin agar ia nyaman untuk berinteraksi dengan saya. Saya berusaha seaktif mungkin dan menghampiri bangkunya untuk menanyakan namanya, apakah dia bisa melakukan dan mengikuti apa yang diberikan dikelas. Beda ketika saya berhadapan dengan anak yang aktif bahkan cenderung hiperaktif. Berbagai macam cara interaksi dan komunikasi saya gunakan untuk bisa membuat kelas kondusif.


Ø  Elienz Vidella Tarigan (10-028)
Menurut saya kegiatan micro teaching ini sangat menantang dan cukup membantu kelompok untuk belajar bagaimana berhadapan langsung dengan anak-anak,lalu bagaimana mengajar mereka,kemudian bagaimana menghadapi beberapa kendala dalam mengajar mereka.Karena kita belajar tidak cukup hanya dari teori saja,harus ada praktek langsungnya juga agar proses belajar mengajar itu dapat berlangsung dengan baik.Selain itu kami juga bisa belajar mengenal bagaimana lingkungan kanak-kanak,memahami gerak-gerik mereka,bagaimana ekspresi dan cara mereka menanggapi kegiatan yang kami sampaikan,pokoknya kegiatan ini sangat menantang dan menarik buat saya.

Ø  Fitri Dian Adlina (10-091)
Kegiatan micro teaching ini pengalaman pertama saya untuk mengajar dan memberi materi kepada anak TK. Awalnya sempet grogi karena murid di kelas tersebut sangat banyak, lebih banyak dari biasanya yang berjumlah 18 murid. Apalagi saya mendapat giliran mengajar yang terakhir di dalam kelas. Sehingga agak kesulitan untuk membuat mereka fokus lagi seperti di awal-awal. Tetapi setelah saya mencoba berkenalan dengan mereka , rasa grogi saya sedikit memudar karena mulai memahami karakter mereka. Sehingga saya tahu apa yang harus dilakukan ketika mengajar dan berusaha membangun suasana. Saya senang karena mereka banyak yang aktif. Ketika saya memutar video edukasi tentang lingkungan dan menstimulasi mereka, ternyata pemahaman mereka tentang lingkungan cukup baik. Itu sangat membantu saya dalam menjelaskan materi. Meskipun ada beberapa yang pemalu, tetapi ketika saya menawarkan mereka untuk ke depan dan menceritakan kembali tentang video tersebut, mereka mau. Memang butuh kesabaran dalam menghadapi berbagai karakter mereka yang berbeda. Tetapi sebagai pengajar yang baik seharusnya tetap memberikan mereka kesempatan dan menstimulasi mereka untuk terlibat di kelas. Dan tidak membeda-bedakan merekan. Karena ketika kita mulai mengenal dan memahami mereka dengan baik, maka akan mudah untuk mengambil hati mereka.

Ø  Nadya Putri Delwis (10-024)
 Menyenangkan bisa berinteraksi dengan anak-anak yang masih lucu-lucunya. Mereka ada yang berani untuk tampil di depan ada juga yang malu-malu untuk menampilkan bakatnya. Awalnya saya grogi untuk mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak tersebut, tapi entah kenapa, setelah mencoba dan mereka tanggapannya positif saya menjadi bersemangat. Daya tangkap anak-anak itu juga sangat cepat dan mereka juga mau untuk terbuka mengenai perasaannya.  Jadi, komunikasi dengan anak-anak itu juga lancar dan mengasyikan.

Ø  Rizqa Rethiza (10-102)
Menurut saya sangat menyenangkan dan penuh pelajaran dalam pelaksanaan maupun proses pengerjaan micro teaching ini. Dimana kita dituntut untuk siap dalam menghadapi setiap prilaku anak-anak yang tentu saja tidak dapat diprediksi, begitu juga dengan faktor-faktor lain seperti keadaan murid dan lingkungan kelas. Pada saat kami datang mengunjungi TK Aisyiyah ini untuk praktek micro teaching, ternyata sedang ada anak yang ulang tahun dan hendak mengadakan acara, sehingga kelas tercampur dan melebihi kapasitas biasanya yang hanya 18anak menjadi 25 anak. Karena faktor inilah kelas menjadi semangkin ribut dan susah ditenangkan. Sifat anak juga beragam, ada yang pasif, aktif, hiperaktif, bahkan ada anak autisme dikelas ini, namun hal ini tidak mengurangi semangat kami untuk menyampaikan materi yang ingin kami sampaikan. Kami berusaha keras untuk membuat anak-anak tetap fokus kepada kami dan dapat melakukan apa yang kami ajarkan. Saya dalam micro teaching ini mengajarkan mereka untuk berkreasi dengan origami, dimana dapat mengasah kreativitas mereka. Saya membuat mereka dalam  beberapa kelompok dimana ada 2 anak dalam satu kelompok, namun saya tetap memberikan kertas origami kepada mereka secara perorangan. Saya menjelaskan satu-persatu dari kelompok ke kelompok agar mereka lebih mengerti mengenai langkah-langkah yang juga saya jelaskan sambil mempraktekkan didepan. Mereka dengan baik dapat mengerjakan petunjuk yang saya berikan dan terfokus kepada saya. Berbagai improvisasi saya lakukan untuk membuat mereka lebih mengerti kepada saya. Dan akhirnya saya menyadari bahwa menjadi guru tidak semudah yang saya pikirkan dahulu. Tapi walaupun sulit saya sangat menyukai pengalaman berharga ini J

Ø  Yohanti Viomanna (10-109)
Saya sangat senang dengan pengalaman baru saya ini. Ini akan menjadi pengalaman yang terlupakan untuk saya. Disini saya mengajarkan mereka kesenian menyanyi mengenai alam awalnya guru mereka memberi informasi bahwa mereka sudah bisa membaca, namun ketika dikelas saat kami praktek, karena ada percampuran murid, guru memberitahukan kepada saya bahwa mereka belum bisa membaca, sehingga agak sulit untuk mengajarkan mereka menyanyi, apalagi ternyata mereka belum tahu mengenai lagu yang saya bawakan. Dan ketika saya menulis lagu tersebut dipapan tulis, ternyata mereka belum bisa membaca. Akhirnya saya berimprovisasi untuk mengajak mereka menyebutkan kalimat perkalimat lagu ini, ini membantu mereka untuk mengingat lirik yang saya berikan, setelahnya baru saya mengajak mereka bernyanyi bersama saya. Dan akhirnya saya berhasil membuat bereka bernyanyi bersama saya. Saya merasa senang karena akhirnya berhasil membuat mereka bernyanyi bersama saya yang pada awalnya mereka hanya diam karena tidak mengetahui sama sekali lagu yang saya bawakan. Dengan segala kesulitan dan kebingungan yang ada, saya tetap menyukai micro teaching ini karena sangat menyenangkan J