Nama : Nadya Putri
Delwis
NIM : 10-024
Kelas yang diboservasi
: 3 MM 1 SMK Tritech Indonesia
Mata pelajaran dan nama
guru : Matematika – Asril Putra
Waktu mengobservasi :
11.55
Durasi observasi : 20
menit
Jumlah siswa : 27 orang
Media pembelajaran yang
digunakan guru : White board, spidol, buku cetak
Media pembelajaran yang
digunakan siswa : Buku cetak, buku tulis, pulpen
Situas fisik kelas :
Ruangan kira-kira 6x5 m, memiliki 1 meja guru dan kursi guru yang ada di sudut
depan kelas, ada 29 bangku dan meja berbahan kayu untuk siswa yang mmpunyai
laci serta gantungan di sampingnya, 1 kipas angin, 1 AC, 1 LCD TV di atas white
board, 1 white board, 4 lampu namun yang hidup cuma 3 lampu, pintu kelas tidak
ada sehingga orang lalu lalang di luar kelihatan, lantai dari keramik, dinding
berwarna putih dan di sudut dinding depan kelas ada tempelan denah tempat
duduk, jadwal pelajaran, peraturan-peraturan yang di print menggunakan kertas
A4, ada besi-besi di dinding sebelah kanan kelas seperti akan dibuat sesuatu
namun belum jadi, yang lalu dipergunakan oleh siswa untuk menggantung jaket
atau helm mereka.
Alat observasi : Pulpen
dan kertas
HASIL OBSERVASI
Saya melakukan
observasi dengan metode anecdote
(mencatat poin-poin penting yang sedang terjadi), dengan hasil sebagai berikut:
-
Ketika saya dan teman saya memasuki
kelas, pelajaran telah dimulai dan guru sedang menyuruh salah seorang siswanya
untuk menjawab soal tugas sebelumnya ke depan
-
Guru memperhatikan siswa yang sedang
menuliskan jawaban di depan dan sesekali menegur siswanya yang sedang duduk
karena mereka sangat ribut
-
Guru menjelaskan kembali apa yang telah
dibuat siswa di papan tulis
-
Anak-anak memberikan pertanyaan tentang
apa yang dia rasa tidak mengerti langsung tanpa ditanya terlebih dahulu oleh
guru
-
Guru menyuruh murid untuk mengumpulkan
tugas yang telah selesai diperiksa tersebut
-
Guru menyuruh murid untuk membuka buku
cetak tentang garis singgung lingkaran
-
Guru menuliskan rumus pelajaran yang
akan dipelajari di papan tulis
-
Anak-anak mencatatnya
-
Guru menerangkan mengenai garis singgung
lingkaran sambil menulis di white board
-
Guru menanyakan apakah murid-mrid sudah
mengerti
-
Ada anak yang tidak mengerti dan meyuruh
guru untuk mengulangi menjelaskan lagi
-
Guru menjelaskan kembali
-
Lalu guru menyuruh murid mencatat selama
3 menit contoh soal yang ada di papan tulis
-
Anak-anak mencatat
-
Guru menyuruh siswa membaca rumus yang
ada di buku cetak bersama-sama dengan lantang
-
Anak-anak pun membacanya dengan keras
-
Lalu guru menuliskan rumusnya di papan
tulis sambil disuarakan
-
Ada anak yang bertanya tentag rumus di
depan, karena merasa sama saja dengan pelajaran mereka sebelumnya tentang
persamaan lingkaran
-
Guru pun menjelaskan letak perbedaan
garis singgung lingkaran dengan persamaan lingkaran
-
Anak tersebut dan anak lainnya mulai
mengerti namun mereka mnyuruh gurunya untuk menambahkan garis hubung antara
yang mana yang dikalikan pada contoh soal di papan tulis agar mereka lebih
memahaminya
-
Guru pun menurutinya
-
Anak-anak sering langsung menyela guru untuk
bertanya tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ketika guru sedang menerangkan
dan guru menanggapinya
-
Guru juga sering memakai sebutan “nak”
kepada siswa-siswanya walaupun dia sepertinya masih muda
Dengan menggunakan
tabel 5.3 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi edisi keenam
dari Margaret E. Gredler, mengenai sembilan tahapan belajar menurut Robert
Gagne, observer melihat adanya dilakukan tahapan-tahapan tersebut di dalam
kelas, namun karena keterbatasan waktu dan juga observer yang tidak mengikuti
dari awal pelajaran sehingga tidak dapat meilihat apakah semua tahapan ada
dilaksanakan di dalam kelas. Yang dapat observer perhatikan hanyalah tentag
persiapan belajar, dimana guru menyuruh murid kembali untuk menjawab soal
pertemuan sebelumnya, namun tidak menjelaskan mengenai hubungan dan tujuan
dengan pelajaran sekarang. Pada tahap akuisisi dan kinerja, guru menjelaskan
beda pelajaran sekarang dengan sebelumnya ketika murid ada yang menanyakannya,
menyuruh anak-anak untuk mencatat (proses encoding). Pada tahap transfer
belajar observer tidak dapat mengikutinya karena keterbatasan waktu observasi.
ANALISIS HASIL
OBSERVASI
Hasil observasi di SMK
Tritech Indonesia, saya analisis dengan
menggunakan tabel 5.2 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi
edisi keenam dari Margaret E. Gredler, mengenai lima ragam belajar yang
dikemukakan oleh Robert Gagne. Lima ragam belajar itu adalah informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
- Informasi verbal
Informasi
verbal ini memiliki 2 karakteristik yaitu dapat diverbalisasikan (dapat ditulis
atau dikatakan) dan setidaknya beberapa kata memiliki makna bagi individual.
Dalam pembelajaran di kelas yang saya observasi informasi verbal ini ada yang
berkapabilitas untuk menyampaikan pelajaran matematika yang dipelajari. Guru
menuliskan sambil membacakan di depan kelas, siswa mencatat dan juga membaca
dengan keras rumus yang ada di buku cetak. Karakteristik untuk informasi verbal
pun terpenuhi.
Di
dalam kelas yang saya observasi dan mungkin kebanyakan sekolah lain di
Indonesia juga, yang banyak terjadi hanyalah sebatas menyampaikan dan
menjelaskan rumus yang dipelajari. Jika ada anak yang belum mengerti maka guru
pun mengulanginya, kemudian murid mencatat di buku mereka.
Seharusnya
guru terlebih dahulu memberitahukan definisi tentang garis singgung lingkaran
itu sendiri dan apa tujuan siswa belajar itu, baru kemudian masuk ke rumus.
Karena jika hanya sekedar rumus saja, siswa hanya akan menghapal tanpa tahu apa
maksud dia belajar itu dan kegunaannya mereka belajar tentang garis singgung
lingkaran. Jadi, informasi verbal yang diberikan kepada siswa dan juga
kapabilitas yang harusnya didapat oleh siswa di dalam pelajaran matematika
belum begitu sempurna.
- Keterampilan intelektual
Keterampilan
intelektual berarti keterampilan yang didapat dari sebuah pembelajaran. Bisa
dalam arti “membedakan, mengombinasikan, mendefinisikan, menabulasikan,
menganalisis dan lain-lain”. Keterampilan intelektual ini pasti ada di setiap
pelajaran karena memang itulah sebuah struktur dasar dari pendidikan formal itu
sendiri.
Pada
waktu observasi, guru mengajarkan mengenai garis singgung lingkaran. Garis
singgung lingkaran ini merupakan sebuah pengetahuan dan akan menjadi keterampilan
intelektual ketika siswa mampu mendiskriminasikannya dengan pelajaran
matematika lainnya, misalnya persamaan lingkaran. Dari yang saya observasi, siswa
telah dapat membedakan antara garis singgung lingkaran dan persamaan lingkaran,
namun siswa belum dapat mendefinisikan dan mengerti aturan-aturan pada garis
singgung lingkaran dalam penggunaan rumus-rumusnya, dan juga belum sampai ke
tahap pemecahan masalah yang lebih tinggi seperti soal cerita karena memang
tidak mungkin diberi soal cerita langsung ketika baru belajar, butuh waktu yang
lebih lama lagi.
- Strategi kognitif
Strategi
kognitif yang dipakai guru agar siswa mengingat dan paham akan pelajaran baru
adalah dengan menyuruh mereka mencatat saja. Padahal strategi kognitif yang dapat
dipakai lebih baik lagi jika memakai sarana yang telah disediakan oleh sekolah,
seperti LCD TV, itu dapat digunakan untuk menampilkan slide yang berwarna atau
bergambar yang menunjukkan rumus dan contoh soal dengan tanda-tanda hubung yang
lebih menjelaskan pemakaian rumus-rumus tersebut.
Apalagi
untuk siswa SMK disana, saya lihat mereka lebih aktif dan tertarik jika ada
sesuatu yang menarik dan bersifat memudahkan, dengan strategi yang saya
jelaskan tadi, mungkin akan dapat lebh menarik perhatian siswa dan siswa juga
dapat lebih cepat memahami suatu pelajaran itu.
- Keterampilan motorik
Di
dalam kelas yang saya observasi tidak ada terjadinya pembelajaran yang dapat
mengajarkan keterampilan motorik baru, yang ada hanyalah keterampilan motorik
yang memang sudah dari dulu siswa kuasai, seperti berjalan, menulis, menghapus
papan, yang memang telah dipelajari sebelumnya bahkan ketika masih kanak-kanak.
Karena pelajaran yang diajarkan juga matematika, maka tidak ada keterampilan
motorik yang dipelajari dari sana.
- Sikap
Sikap
memiliki hubungan kurang langsung dengan prilaku. Sikap akan membuat seseorang
memiliki kecenderungan untuk berprilaku. Sikap ini juga memiliki 3 aspek, yang
pertama aspek kognitif, kedua aspek afektif, ketiga aspek behavioral.
Dalam
membentuk sikap siswa terhadap pelajaran, bisa saja guru memberitahukan
terlebih dahulu mengenai tujuan belajar tersebut sehingga siswa merasa memang
dia perlu untuk belajar ini sehingga sikap afektifnya pun bertambah karena menjadi
suka dengan pelajaran ini dan pembelajaran pun menjadi lebih efektif.
Ketika
observasi saya juga melihat guru menegur anak-anak yang ribut di belakang dan
tidak memperhatikan temannya yang sedang membuat jawaban di depan kelas, memang
secara keseluruhan pembelajaran di SMK Tritech Indonesia itu bisa dibilang
lebih santai daripada SMA negeri biasa. Namun tetap saja yang namanya sikap
siswa seharusnya saling menghormati baik sesama siswa apalagi kepada guru.
Dengan guru menegur berarti guru masih berkeinginan untuk mengajarkan sikap
yang baik kepada muridnya, karena saya ada lihat beberapa kelas yang ribut
sekali tapi gurunya juga terlihat santai saja.
Jadi, dapat disimpulkan
dari kelas yang saya observasi pembelajaran yang terjadi masih sangat
konvensional sekali dan masih belum memaksimalkan media yang disediakan oleh
sekolah di dalam kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar