Minggu, 09 Desember 2012

Laporan Hasil Observasi di SMK Tritech Medan



Nama : Nadya Putri Delwis
NIM : 10-024
Kelas yang diboservasi : 3 MM 1 SMK Tritech Indonesia
Mata pelajaran dan nama guru : Matematika – Asril Putra
Waktu mengobservasi : 11.55
Durasi observasi : 20 menit
Jumlah siswa : 27 orang
Media pembelajaran yang digunakan guru : White board, spidol, buku cetak
Media pembelajaran yang digunakan siswa : Buku cetak, buku tulis, pulpen
Situas fisik kelas : Ruangan kira-kira 6x5 m, memiliki 1 meja guru dan kursi guru yang ada di sudut depan kelas, ada 29 bangku dan meja berbahan kayu untuk siswa yang mmpunyai laci serta gantungan di sampingnya, 1 kipas angin, 1 AC, 1 LCD TV di atas white board, 1 white board, 4 lampu namun yang hidup cuma 3 lampu, pintu kelas tidak ada sehingga orang lalu lalang di luar kelihatan, lantai dari keramik, dinding berwarna putih dan di sudut dinding depan kelas ada tempelan denah tempat duduk, jadwal pelajaran, peraturan-peraturan yang di print menggunakan kertas A4, ada besi-besi di dinding sebelah kanan kelas seperti akan dibuat sesuatu namun belum jadi, yang lalu dipergunakan oleh siswa untuk menggantung jaket atau helm mereka.
Alat observasi : Pulpen dan kertas

HASIL OBSERVASI

Saya melakukan observasi dengan  metode anecdote (mencatat poin-poin penting yang sedang terjadi), dengan hasil sebagai berikut:
-          Ketika saya dan teman saya memasuki kelas, pelajaran telah dimulai dan guru sedang menyuruh salah seorang siswanya untuk menjawab soal tugas sebelumnya ke depan
-          Guru memperhatikan siswa yang sedang menuliskan jawaban di depan dan sesekali menegur siswanya yang sedang duduk karena mereka sangat ribut
-          Guru menjelaskan kembali apa yang telah dibuat siswa di papan tulis
-          Anak-anak memberikan pertanyaan tentang apa yang dia rasa tidak mengerti langsung tanpa ditanya terlebih dahulu oleh guru
-          Guru menyuruh murid untuk mengumpulkan tugas yang telah selesai diperiksa tersebut
-          Guru menyuruh murid untuk membuka buku cetak tentang garis singgung lingkaran
-          Guru menuliskan rumus pelajaran yang akan dipelajari di papan tulis
-          Anak-anak mencatatnya
-          Guru menerangkan mengenai garis singgung lingkaran sambil menulis di white board
-          Guru menanyakan apakah murid-mrid sudah mengerti
-          Ada anak yang tidak mengerti dan meyuruh guru untuk mengulangi menjelaskan lagi
-          Guru menjelaskan kembali
-          Lalu guru menyuruh murid mencatat selama 3 menit contoh soal yang ada di papan tulis
-          Anak-anak mencatat
-          Guru menyuruh siswa membaca rumus yang ada di buku cetak bersama-sama dengan lantang
-          Anak-anak pun membacanya dengan keras
-          Lalu guru menuliskan rumusnya di papan tulis sambil disuarakan
-          Ada anak yang bertanya tentag rumus di depan, karena merasa sama saja dengan pelajaran mereka sebelumnya tentang persamaan lingkaran
-          Guru pun menjelaskan letak perbedaan garis singgung lingkaran dengan persamaan lingkaran
-          Anak tersebut dan anak lainnya mulai mengerti namun mereka mnyuruh gurunya untuk menambahkan garis hubung antara yang mana yang dikalikan pada contoh soal di papan tulis agar mereka lebih memahaminya
-          Guru pun menurutinya
-          Anak-anak sering langsung menyela guru untuk bertanya tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ketika guru sedang menerangkan dan guru menanggapinya
-          Guru juga sering memakai sebutan “nak” kepada siswa-siswanya walaupun dia sepertinya masih muda
Dengan menggunakan tabel 5.3 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi edisi keenam dari Margaret E. Gredler, mengenai sembilan tahapan belajar menurut Robert Gagne, observer melihat adanya dilakukan tahapan-tahapan tersebut di dalam kelas, namun karena keterbatasan waktu dan juga observer yang tidak mengikuti dari awal pelajaran sehingga tidak dapat meilihat apakah semua tahapan ada dilaksanakan di dalam kelas. Yang dapat observer perhatikan hanyalah tentag persiapan belajar, dimana guru menyuruh murid kembali untuk menjawab soal pertemuan sebelumnya, namun tidak menjelaskan mengenai hubungan dan tujuan dengan pelajaran sekarang. Pada tahap akuisisi dan kinerja, guru menjelaskan beda pelajaran sekarang dengan sebelumnya ketika murid ada yang menanyakannya, menyuruh anak-anak untuk mencatat (proses encoding). Pada tahap transfer belajar observer tidak dapat mengikutinya karena keterbatasan waktu observasi.

ANALISIS HASIL OBSERVASI

Hasil observasi di SMK Tritech Indonesia,  saya analisis dengan menggunakan tabel 5.2 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi edisi keenam dari Margaret E. Gredler, mengenai lima ragam belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne. Lima ragam belajar itu adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

  • Informasi verbal

Informasi verbal ini memiliki 2 karakteristik yaitu dapat diverbalisasikan (dapat ditulis atau dikatakan) dan setidaknya beberapa kata memiliki makna bagi individual. Dalam pembelajaran di kelas yang saya observasi informasi verbal ini ada yang berkapabilitas untuk menyampaikan pelajaran matematika yang dipelajari. Guru menuliskan sambil membacakan di depan kelas, siswa mencatat dan juga membaca dengan keras rumus yang ada di buku cetak. Karakteristik untuk informasi verbal pun terpenuhi.
Di dalam kelas yang saya observasi dan mungkin kebanyakan sekolah lain di Indonesia juga, yang banyak terjadi hanyalah sebatas menyampaikan dan menjelaskan rumus yang dipelajari. Jika ada anak yang belum mengerti maka guru pun mengulanginya, kemudian murid mencatat di buku mereka.
Seharusnya guru terlebih dahulu memberitahukan definisi tentang garis singgung lingkaran itu sendiri dan apa tujuan siswa belajar itu, baru kemudian masuk ke rumus. Karena jika hanya sekedar rumus saja, siswa hanya akan menghapal tanpa tahu apa maksud dia belajar itu dan kegunaannya mereka belajar tentang garis singgung lingkaran. Jadi, informasi verbal yang diberikan kepada siswa dan juga kapabilitas yang harusnya didapat oleh siswa di dalam pelajaran matematika belum begitu sempurna.

  • Keterampilan intelektual


Keterampilan intelektual berarti keterampilan yang didapat dari sebuah pembelajaran. Bisa dalam arti “membedakan, mengombinasikan, mendefinisikan, menabulasikan, menganalisis dan lain-lain”. Keterampilan intelektual ini pasti ada di setiap pelajaran karena memang itulah sebuah struktur dasar dari pendidikan formal itu sendiri.
Pada waktu observasi, guru mengajarkan mengenai garis singgung lingkaran. Garis singgung lingkaran ini merupakan sebuah pengetahuan dan akan menjadi keterampilan intelektual ketika siswa mampu mendiskriminasikannya dengan pelajaran matematika lainnya, misalnya persamaan lingkaran. Dari yang saya observasi, siswa telah dapat membedakan antara garis singgung lingkaran dan persamaan lingkaran, namun siswa belum dapat mendefinisikan dan mengerti aturan-aturan pada garis singgung lingkaran dalam penggunaan rumus-rumusnya, dan juga belum sampai ke tahap pemecahan masalah yang lebih tinggi seperti soal cerita karena memang tidak mungkin diberi soal cerita langsung ketika baru belajar, butuh waktu yang lebih lama lagi.

  • Strategi kognitif

Strategi kognitif yang dipakai guru agar siswa mengingat dan paham akan pelajaran baru adalah dengan menyuruh mereka mencatat saja. Padahal strategi kognitif yang dapat dipakai lebih baik lagi jika memakai sarana yang telah disediakan oleh sekolah, seperti LCD TV, itu dapat digunakan untuk menampilkan slide yang berwarna atau bergambar yang menunjukkan rumus dan contoh soal dengan tanda-tanda hubung yang lebih menjelaskan pemakaian rumus-rumus tersebut.
Apalagi untuk siswa SMK disana, saya lihat mereka lebih aktif dan tertarik jika ada sesuatu yang menarik dan bersifat memudahkan, dengan strategi yang saya jelaskan tadi, mungkin akan dapat lebh menarik perhatian siswa dan siswa juga dapat lebih cepat memahami suatu pelajaran itu.

  • Keterampilan motorik

Di dalam kelas yang saya observasi tidak ada terjadinya pembelajaran yang dapat mengajarkan keterampilan motorik baru, yang ada hanyalah keterampilan motorik yang memang sudah dari dulu siswa kuasai, seperti berjalan, menulis, menghapus papan, yang memang telah dipelajari sebelumnya bahkan ketika masih kanak-kanak. Karena pelajaran yang diajarkan juga matematika, maka tidak ada keterampilan motorik yang dipelajari dari sana.

  • Sikap

Sikap memiliki hubungan kurang langsung dengan prilaku. Sikap akan membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk berprilaku. Sikap ini juga memiliki 3 aspek, yang pertama aspek kognitif, kedua aspek afektif, ketiga aspek behavioral.
Dalam membentuk sikap siswa terhadap pelajaran, bisa saja guru memberitahukan terlebih dahulu mengenai tujuan belajar tersebut sehingga siswa merasa memang dia perlu untuk belajar ini sehingga sikap afektifnya pun bertambah karena menjadi suka dengan pelajaran ini dan pembelajaran pun menjadi lebih efektif.
Ketika observasi saya juga melihat guru menegur anak-anak yang ribut di belakang dan tidak memperhatikan temannya yang sedang membuat jawaban di depan kelas, memang secara keseluruhan pembelajaran di SMK Tritech Indonesia itu bisa dibilang lebih santai daripada SMA negeri biasa. Namun tetap saja yang namanya sikap siswa seharusnya saling menghormati baik sesama siswa apalagi kepada guru. Dengan guru menegur berarti guru masih berkeinginan untuk mengajarkan sikap yang baik kepada muridnya, karena saya ada lihat beberapa kelas yang ribut sekali tapi gurunya juga terlihat santai saja.

Jadi, dapat disimpulkan dari kelas yang saya observasi pembelajaran yang terjadi masih sangat konvensional sekali dan masih belum memaksimalkan media yang disediakan oleh sekolah di dalam kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar