Selasa, 18 Desember 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER


Perbandingan mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lainnya

Fakta tugas-tugas mata kuliah psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan yang lebih dalam lagi mengenai proses belajar itu sendiri, serta cara-cara untuk dapat efektif mengajar di depan kelas. Tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam bahasan pada mata kuliah ini adalah tokoh-tokoh yang sebagian besar sebelumnya sudah pernah dibahas juga. Namun, bedanya di mata kuliah ini pembahasan mengenai teori-teori yang dikeluarkan tokoh-tokoh itu lebih mendalam lagi dan lebih detail. Seperti, Albert Bandura, B.F. Skinner, Jean Piaget,  dan  Vygotsky.
Di awal-awal pertemuan, dosen pengampu memberikan kesempatan kami untuk berpartisipasi dalam penentuan penugasan yang akan dikerjakan setiap minggu. Setiap kelompok yang terdiri dari 3 orang, diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapatnya mengenai apa tugas rumah yang akan dikerjakan untuk setiap minggunya sebelum memasuki kelas psikologi belajar dan juga kegiatan yang akan dilakukan di dalam kelas. Tugas yang akan dikerjakan itu harus dikaitkan dengan materi yang akan dibahas di kelas minggu berikutnya.  Dan setiap minggu tugasnya harus berbeda-beda.
Dosen pengampu, yaitu Bu Dina, menjadi media penyalur pendapat setiap kelompok yang ada dan menuliskan di papan tulis pendapat-pendapat setiap kelompok, kemudian di voting.  Sebelumnya, juga telah ditentukan secara diskusi juga dengan mahasiswa-mahasiswa yang mengambil mata kuliah psikologi belajar tentang materi-materi apa yang akan di bahas setiap minggunya hingga akhir pertemuan. Tugas-tugas yang telah disepakati bersama ada yang terdiri dari tugas individu dan ada juga yang tugas kelompok. Tugas-tugas yang telah disepakati itu, antara lain membuat mind map, menganalisis film dan dikaitkan dengan teori, menganalisis pengalaman sendiri yang sesuai dengan teori, mendiskusikan mengenai teori yang akan dibahas, serta mencari jurnal dan kemudian membahasnya dengan teori. Semua hasil tugas-tugas di atas di posting di setiap blog masing-masing mahasiswa.
Selain itu, dosen pengampu juga memberikan tugas untuk sebelum UTS yang pada akhirnya menjadi soal UTS, yaitu membuat konsep yang dapat diterapkan di dalam kelas berdasarkan satu teori yang telah dipelajari. Ide dan pembahasan mengenai konsep tersebut di posting di blog masing-masing mahasiswa. Tugas setelah UTS juga diberitahukan oleh dosen pengampu sekaligus, yaitu mempraktekkan konsep yang telah dibuat di dalam kelas psikologi belajar dengan mahasiswa sebagai pelajarnya.
Setelah UTS, dosen pengampu lebih sering berkomunikasi dengan siswa mengenai perkuliahan melalui jejaring sosial facebook. Tugas yang diberikan yaitu kunjungan ke SMK Tritech Indonesia Medan untuk melakukan observasi terhadap proses pembelajaran disana yang telah menggunakan e-learning web. Dosen pengampu juga menjelaskan tugas laporan yang harus dikerjakan setelah observasi tersebut.

Fakta tugas-tugas mata kuliah lain
Pada mata kuliah lain, sebagian besar menugaskan setiap kelompok untuk presentasi materi di depan kelas. Dan ada tugas-tugas yang harus dikerjakan juga di rumah yang telah ditentukan oleh dosen di kontrak ataupun yang diberikan sesuai dengan keinginan dosen setiap minggunya, jadi mahasiswa tidak diberitahu terlebih dahulu apa-apa tugasnya. Selain itu, semester 5 ini juga banyak tugas akhir yang proporsi nilainya besar pada mata kuliah seperti PPSDM, inventori kepribadian, konstruksi alat ukur, PSM, PABK.

Perbandingan
Perbandingan tugas-tugas yang diberikan mata kuliah lainnya dengan mata kuliah psikologi belajar ini sangat banyak sekali. Di antaranya, pada mata kuliah lain, tugas yang akan dikerjakan itu telah ditentukan oleh dosen di dalam kontrak tanpa berdiskusi dengan mahasiswa, sedangkan pada mata kuliah psikologi belajar, tugas yang akan dikerjakan setiap minggu itu diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikannya dulu dan menentukan sendiri apa-apa saja tugasnya. Kemudian, mata kuliah psikologi belajar tidak membutuhkan presentasi sedangkan mata kuliah lain sebagian besar metodenya presentasi.Tugas di mata kuliah psikologi belajar juga lebih sering menggunakan sistem online dan lebih beragam sedangkan mata kuliah lain lebih sering berbentuk laporan atau paper.
Namun, yang sering menghambat proses pengerjaan tugas dalam mata kuliah psikologi belajar ini adalah deadline yang kadang terlalu cepat sementara tidak semua mahasiswa memiliki modem atau koneksi internet di rumah, sehingga agak sedikit menyusahkan. Walaupun, memang mata kuliah sebelumnya juga pernah memakai sistem seperti ini tapi khususnya saya sendiri masih agak terkendala, karena koneksi internet yang kurang bagus. Kemudian, yang menurut saya agak menyulitkan juga, karena tidak adanya patokan atau pedoman mana tugas yang benar dan yang salah, dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya diminta dari suatu tugas tersebut, sehingga agak menyulitkan dalam pengerjaannya. Sebenarnya ada untungnya juga karena mahasiswa menjadi mengeluarkan isi pikiran masing-masing juga, namun bagaimana di jelaskan oleh Robert Gagne, feedback dalam pembelajaran itu juga dibutuhkan untuk dapat menambah pengetahuan serta menguatkan pemahaman mahasiswa dengan apa yang telah dipelajari dan dikerjakannya.
Sebenarnya tugas-tugas di mata kuliah ini sudah cukup jelas apa yang harus dikerjakan masing-masingnya, namun kadang bingung dengan tujuan tugas yang kurang dapat ditangkap oleh mahasiswa dan dosen pengampu hanya menyarankan mahasiswa untuk berpikir dan dapat memahami sendiri apa maksud dan tujuan tugas tersebut. Padahal disebutkan Gagne dalam teorinya pelajar akan lebih termotivasi jika dia mengetahui apa tujuan dari yang akan dipelajari tersebut, seharusnya ketika persiapan belajar, tujuan dari tugas harus dijelaskan terlebih dahulu. Seperti ketika tugas mengaitkan dengan teori mengapa tidak memberi komentar pada postingan facebook. Tugas-tugas yang tidak terduga seperti itu yang kentara sekali perbedaannya dengan tugas-tugas pada mata kuliah lainnya. Walaupun tugas tersebut tetap dapat dikerjakan oleh mahasiswa tapi kebanyakan tidak paham akan maksud dari tugas tersebut.
Secara keseluruhan tugas-tugas yang diberikan pasti memiliki manfaat sendiri bagi mahasiswa yang mengerjakannya. Yang pasti, tugas-tugas tersebut akan “memaksa” mahasiswa untuk membaca buku. Pada umumnya dalam tugas mata kuliah psikologi belajar ini banyak menuntut pengembangan sikap kita, yaitu bagaimana cara kita memutuskan, bagaimana dosen membebaskan kita untuk memilih aktivitas yang kita sukai, dan juga mengeksplor terus kreativitas mahasiswa, baik untuk kegiatan di dalam kelas maupun tugas untuk di rumah. Dibandingkan dengan mata kuliah lain, tugas-tugas pada mata kuliah psikologi belajar ini tidak monoton, memberikan kebebasan pada mahasiswa. Tugas yang diberikan pada mata kuliah psikologi belajar juga banyak menuntut pemikiran kita sendiri secara tertulis di dalam blog, yang berarti fokus dalam pengetahuan informasi verbal yang didapatkan oleh mahasiswa. Selain itu, keterampilan intelektual dan strategi kognitif juga lebih ditekankan dalam pengerjaan tugas. Sedangkan pada mata kuliah lain, pada umumnya menuntut atau lebih menekankan pada pengetahuan informasi verbal saja, keterampilan intelektual yang lebih tinggi jarang dieksplor dan tugas-tugas mendadak yang tidak terduga juga jarang terjadi, yang sebenarnya itu dapat melatih strategi kognitif kita dalam pengerjaannya.
Jadi, tugas-tugas yang diberikan mata kuliah psikologi belajar ini agak sedikit unik dibandingkan dengan tugas mata kuliah lain. Namun, keunikan itu sendiri memiliki plus dan negatifnya bagi mahasiswa, jika dapat disadari  tugas-tugas tersebut adalah untuk kebaikan mahasiswa dan melatih pengembangan pengetahuan yang lebih tinggi lagi bagi mahasiswa itu sendiri juga, sedangkan negatifnya mungkin hanya dalam pengerjaannya bagi mahasiswa itu sendiri menjadi agak sulit mungkin karena ketidakjelasan maksud dari beberapa tugas, tidak semuanya. Secara keseluruhan itulah perbedaan-perbedaan yang dapat saya bandingkan selama menjalani kuliah psikologi belajar ini dengan kuliah-kuliah lainnya. J

Minggu, 09 Desember 2012

Laporan Hasil Observasi di SMK Tritech Medan



Nama : Nadya Putri Delwis
NIM : 10-024
Kelas yang diboservasi : 3 MM 1 SMK Tritech Indonesia
Mata pelajaran dan nama guru : Matematika – Asril Putra
Waktu mengobservasi : 11.55
Durasi observasi : 20 menit
Jumlah siswa : 27 orang
Media pembelajaran yang digunakan guru : White board, spidol, buku cetak
Media pembelajaran yang digunakan siswa : Buku cetak, buku tulis, pulpen
Situas fisik kelas : Ruangan kira-kira 6x5 m, memiliki 1 meja guru dan kursi guru yang ada di sudut depan kelas, ada 29 bangku dan meja berbahan kayu untuk siswa yang mmpunyai laci serta gantungan di sampingnya, 1 kipas angin, 1 AC, 1 LCD TV di atas white board, 1 white board, 4 lampu namun yang hidup cuma 3 lampu, pintu kelas tidak ada sehingga orang lalu lalang di luar kelihatan, lantai dari keramik, dinding berwarna putih dan di sudut dinding depan kelas ada tempelan denah tempat duduk, jadwal pelajaran, peraturan-peraturan yang di print menggunakan kertas A4, ada besi-besi di dinding sebelah kanan kelas seperti akan dibuat sesuatu namun belum jadi, yang lalu dipergunakan oleh siswa untuk menggantung jaket atau helm mereka.
Alat observasi : Pulpen dan kertas

HASIL OBSERVASI

Saya melakukan observasi dengan  metode anecdote (mencatat poin-poin penting yang sedang terjadi), dengan hasil sebagai berikut:
-          Ketika saya dan teman saya memasuki kelas, pelajaran telah dimulai dan guru sedang menyuruh salah seorang siswanya untuk menjawab soal tugas sebelumnya ke depan
-          Guru memperhatikan siswa yang sedang menuliskan jawaban di depan dan sesekali menegur siswanya yang sedang duduk karena mereka sangat ribut
-          Guru menjelaskan kembali apa yang telah dibuat siswa di papan tulis
-          Anak-anak memberikan pertanyaan tentang apa yang dia rasa tidak mengerti langsung tanpa ditanya terlebih dahulu oleh guru
-          Guru menyuruh murid untuk mengumpulkan tugas yang telah selesai diperiksa tersebut
-          Guru menyuruh murid untuk membuka buku cetak tentang garis singgung lingkaran
-          Guru menuliskan rumus pelajaran yang akan dipelajari di papan tulis
-          Anak-anak mencatatnya
-          Guru menerangkan mengenai garis singgung lingkaran sambil menulis di white board
-          Guru menanyakan apakah murid-mrid sudah mengerti
-          Ada anak yang tidak mengerti dan meyuruh guru untuk mengulangi menjelaskan lagi
-          Guru menjelaskan kembali
-          Lalu guru menyuruh murid mencatat selama 3 menit contoh soal yang ada di papan tulis
-          Anak-anak mencatat
-          Guru menyuruh siswa membaca rumus yang ada di buku cetak bersama-sama dengan lantang
-          Anak-anak pun membacanya dengan keras
-          Lalu guru menuliskan rumusnya di papan tulis sambil disuarakan
-          Ada anak yang bertanya tentag rumus di depan, karena merasa sama saja dengan pelajaran mereka sebelumnya tentang persamaan lingkaran
-          Guru pun menjelaskan letak perbedaan garis singgung lingkaran dengan persamaan lingkaran
-          Anak tersebut dan anak lainnya mulai mengerti namun mereka mnyuruh gurunya untuk menambahkan garis hubung antara yang mana yang dikalikan pada contoh soal di papan tulis agar mereka lebih memahaminya
-          Guru pun menurutinya
-          Anak-anak sering langsung menyela guru untuk bertanya tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ketika guru sedang menerangkan dan guru menanggapinya
-          Guru juga sering memakai sebutan “nak” kepada siswa-siswanya walaupun dia sepertinya masih muda
Dengan menggunakan tabel 5.3 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi edisi keenam dari Margaret E. Gredler, mengenai sembilan tahapan belajar menurut Robert Gagne, observer melihat adanya dilakukan tahapan-tahapan tersebut di dalam kelas, namun karena keterbatasan waktu dan juga observer yang tidak mengikuti dari awal pelajaran sehingga tidak dapat meilihat apakah semua tahapan ada dilaksanakan di dalam kelas. Yang dapat observer perhatikan hanyalah tentag persiapan belajar, dimana guru menyuruh murid kembali untuk menjawab soal pertemuan sebelumnya, namun tidak menjelaskan mengenai hubungan dan tujuan dengan pelajaran sekarang. Pada tahap akuisisi dan kinerja, guru menjelaskan beda pelajaran sekarang dengan sebelumnya ketika murid ada yang menanyakannya, menyuruh anak-anak untuk mencatat (proses encoding). Pada tahap transfer belajar observer tidak dapat mengikutinya karena keterbatasan waktu observasi.

ANALISIS HASIL OBSERVASI

Hasil observasi di SMK Tritech Indonesia,  saya analisis dengan menggunakan tabel 5.2 pada buku Learning and Instruction Teori dan Aplikasi edisi keenam dari Margaret E. Gredler, mengenai lima ragam belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne. Lima ragam belajar itu adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

  • Informasi verbal

Informasi verbal ini memiliki 2 karakteristik yaitu dapat diverbalisasikan (dapat ditulis atau dikatakan) dan setidaknya beberapa kata memiliki makna bagi individual. Dalam pembelajaran di kelas yang saya observasi informasi verbal ini ada yang berkapabilitas untuk menyampaikan pelajaran matematika yang dipelajari. Guru menuliskan sambil membacakan di depan kelas, siswa mencatat dan juga membaca dengan keras rumus yang ada di buku cetak. Karakteristik untuk informasi verbal pun terpenuhi.
Di dalam kelas yang saya observasi dan mungkin kebanyakan sekolah lain di Indonesia juga, yang banyak terjadi hanyalah sebatas menyampaikan dan menjelaskan rumus yang dipelajari. Jika ada anak yang belum mengerti maka guru pun mengulanginya, kemudian murid mencatat di buku mereka.
Seharusnya guru terlebih dahulu memberitahukan definisi tentang garis singgung lingkaran itu sendiri dan apa tujuan siswa belajar itu, baru kemudian masuk ke rumus. Karena jika hanya sekedar rumus saja, siswa hanya akan menghapal tanpa tahu apa maksud dia belajar itu dan kegunaannya mereka belajar tentang garis singgung lingkaran. Jadi, informasi verbal yang diberikan kepada siswa dan juga kapabilitas yang harusnya didapat oleh siswa di dalam pelajaran matematika belum begitu sempurna.

  • Keterampilan intelektual


Keterampilan intelektual berarti keterampilan yang didapat dari sebuah pembelajaran. Bisa dalam arti “membedakan, mengombinasikan, mendefinisikan, menabulasikan, menganalisis dan lain-lain”. Keterampilan intelektual ini pasti ada di setiap pelajaran karena memang itulah sebuah struktur dasar dari pendidikan formal itu sendiri.
Pada waktu observasi, guru mengajarkan mengenai garis singgung lingkaran. Garis singgung lingkaran ini merupakan sebuah pengetahuan dan akan menjadi keterampilan intelektual ketika siswa mampu mendiskriminasikannya dengan pelajaran matematika lainnya, misalnya persamaan lingkaran. Dari yang saya observasi, siswa telah dapat membedakan antara garis singgung lingkaran dan persamaan lingkaran, namun siswa belum dapat mendefinisikan dan mengerti aturan-aturan pada garis singgung lingkaran dalam penggunaan rumus-rumusnya, dan juga belum sampai ke tahap pemecahan masalah yang lebih tinggi seperti soal cerita karena memang tidak mungkin diberi soal cerita langsung ketika baru belajar, butuh waktu yang lebih lama lagi.

  • Strategi kognitif

Strategi kognitif yang dipakai guru agar siswa mengingat dan paham akan pelajaran baru adalah dengan menyuruh mereka mencatat saja. Padahal strategi kognitif yang dapat dipakai lebih baik lagi jika memakai sarana yang telah disediakan oleh sekolah, seperti LCD TV, itu dapat digunakan untuk menampilkan slide yang berwarna atau bergambar yang menunjukkan rumus dan contoh soal dengan tanda-tanda hubung yang lebih menjelaskan pemakaian rumus-rumus tersebut.
Apalagi untuk siswa SMK disana, saya lihat mereka lebih aktif dan tertarik jika ada sesuatu yang menarik dan bersifat memudahkan, dengan strategi yang saya jelaskan tadi, mungkin akan dapat lebh menarik perhatian siswa dan siswa juga dapat lebih cepat memahami suatu pelajaran itu.

  • Keterampilan motorik

Di dalam kelas yang saya observasi tidak ada terjadinya pembelajaran yang dapat mengajarkan keterampilan motorik baru, yang ada hanyalah keterampilan motorik yang memang sudah dari dulu siswa kuasai, seperti berjalan, menulis, menghapus papan, yang memang telah dipelajari sebelumnya bahkan ketika masih kanak-kanak. Karena pelajaran yang diajarkan juga matematika, maka tidak ada keterampilan motorik yang dipelajari dari sana.

  • Sikap

Sikap memiliki hubungan kurang langsung dengan prilaku. Sikap akan membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk berprilaku. Sikap ini juga memiliki 3 aspek, yang pertama aspek kognitif, kedua aspek afektif, ketiga aspek behavioral.
Dalam membentuk sikap siswa terhadap pelajaran, bisa saja guru memberitahukan terlebih dahulu mengenai tujuan belajar tersebut sehingga siswa merasa memang dia perlu untuk belajar ini sehingga sikap afektifnya pun bertambah karena menjadi suka dengan pelajaran ini dan pembelajaran pun menjadi lebih efektif.
Ketika observasi saya juga melihat guru menegur anak-anak yang ribut di belakang dan tidak memperhatikan temannya yang sedang membuat jawaban di depan kelas, memang secara keseluruhan pembelajaran di SMK Tritech Indonesia itu bisa dibilang lebih santai daripada SMA negeri biasa. Namun tetap saja yang namanya sikap siswa seharusnya saling menghormati baik sesama siswa apalagi kepada guru. Dengan guru menegur berarti guru masih berkeinginan untuk mengajarkan sikap yang baik kepada muridnya, karena saya ada lihat beberapa kelas yang ribut sekali tapi gurunya juga terlihat santai saja.

Jadi, dapat disimpulkan dari kelas yang saya observasi pembelajaran yang terjadi masih sangat konvensional sekali dan masih belum memaksimalkan media yang disediakan oleh sekolah di dalam kelas.