Senin, 30 April 2012

Pelaksanaan Micro Teaching


Nadya Putri Delwis (10-024)

Tema   : Sayang Bumi
Topik   : Mengenal Lingkungan

A.    Pendahuluan
Salah satu topik terhangat yang menjadi perbincangan serius dimasyarakat adalah memanasnya suhu bumi yang memberikan dampak besar bagi aktivitas manusia sehari-hari. Kenaikan suhu atau panas yang kita rasakan sekarang terjadi sangat cepat. Saat malam haripun kita merasakan panas yang tidak biasa. Hal ini terjadi karena global warming  atau pemanasan global yang diakibatkan efek rumah kaca, asap kendaran bermotor, asap pabrik dan industri serta penebangan liar yang semakin marak terjadi. Tidak hanya itu, pengelolaan pembuangan akhir (sampah) juga turut memberikan sumbangan yang besar bagi global warming. Hal-hal tersebut diatas sebenarnya belum terlambat untuk ditanggulangi. Bahkan kita juga masih bisa mencegah pemanasan global yang smakin hari semakin meningkat.

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa menanggulangi bahkan mencegah pemanasan global agar tidak meningkat atau meminimalkan efek buruknya bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi? Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal kecil secara individual terlebih dahulu. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon dihalaman rumah, mengurangi pemakaian listrik yang tidak berguna, mengurangi penggunaan bahan yang tidak bisa didaur ulang dan menggunakan lagi bahan-bahan yang masih bisa dipakai, tentu hal ini kita kenal dengan istilah daur ulang.

Mengingat wacana diatas, maka tema yang akan kami ambil dalam micro teachingadalah “ Sayang Bumi “. Tema ini mengusung gerakkan menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya. Semua kegiatan yang dirancang adalah bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang pentingnya menjaga bumi dan hal ini sejalan dengan isu global warming yang saat ini sedang diperbincangkan.

            Cara mengajar yang kami terapkan untuk mengaplikasikan tema “ Sayang Bumi” adalah dengan mengguakan strategi mengajar kelompok dan tim, ceramah serta strategi mencari dan menemukan. Kelompok juga mengaplikasikan teori B.F. Skinner untuk menyampaikan materi, yaitu dengan menggunakan teknologi. Kami menggunakan kaptop untuk menampilkan beberapa video yang berhubungandengan global warming, bagaimana hidup sehat dengan menjaga keseimbangan alam. Dalam video juga ditampilkan akibat buruk dari penebangan liar, buang sampah sembarangan dan beberapa pesan lain yang tentunya menarik dan tetap sejalan dengan tema yang kami usung.

            Selain itu kelompok juga mengajarkan anak-anak keterampilan dengan menggunakan barang-barang bekas (mendaur ulang). Sehingga barang-barang bekas tersebut tidak menjadi sampah yang bisa berakibat negatif bagi bumi.

B.     Landasan Teori

Guru bertanggung jawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Tentu guru juga harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk kemajuan dibidang paedagogi sendiri, meskipun tidak ada formula yang akan menjamin semangat dan efektifitas bagi setiap siswa dalam setiap konteks, ada bukti-bukti luas yang terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa.Kegiatan belajar mengajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan teknologis melalui aplikasi teknologi pengajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran berbasis teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentranformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik.

Berkaitan dengan prinsip paedagogi yang telah disinggung diatas, kelompok akan menggunakan  5 strategi mengajar yang efektif untuk merealisasikan pengajaran yang bertema “ Sayang Bumi” yang telah direncanakan. 5 strategi tersebut yang pertama adalah pelatihan, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas. Yang kedua adalah ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses dan diingat

            Selain itu, seorang guru juga harus memiliki persyaratan baik itu yang cenderung statis maupun dinamis. Namun, melihat perkembangan yang begitu pesat, baik dalam hal teknologi maupun isu-isu lain guru menjadi lebih dituntut untuk memiliki persyaratan “dinamis”. Mengacu pada hal yang saat ini sedang berkembang yaitu isu-isu mengenai pemanasan global (global warming), maka tema “sayang bumi” menjadi tema yang mungkin sangat menarik dan baik diterapkan dalam proses pengajaran.

C.    Alat yang Digunakan
          Alat yang digunakan dalam micro teaching adalah,
·         Kertas Origami
·         Laptop
·         Reward, berupa susu.
·         Gelas air mineral bekas
·         Spidol warna,
·         Pita
·         Perekat
D.    Lokasi
TK Aisyah
Jl.Abdul Hakim

E.     Perencanaan Kegiatan
Tanggal
Kegiatan
9 – 20 April 2012
Menyusun perencanaan kegiatan
20 April 2012
Tinjau lokasi
21 April 2012
Terjun kelapangan




F.     Perincian Dana
·         Reward                      : Rp.60.000,-
·         Origami                      : Rp.  5.000,-
·         Peralatan lainnya        : Rp.36.000,-

G.    Perincian Kegiatan

Instruktur Kegiatan
Bentuk Kegiatan
Fauziah Nami
Mengenal tumbuhan
Nadya Putri
Menari
Elienz Vidella
Keterampilan daur ulang
Fitri Dina Adlina
Video Edukasi mengenai lingkungan
Rizqa Rethiza
Keterampilan origami
Yohanti Viomanna
Menyanyi


Pesan dan Kesan Selama Micro Teaching

Ø  Fauziah Nami Nasution (10-016)      
Tantangan yang saya rasakan selama micro teaching di TK Aisyah ini adalah minimnya pengalaman saya untuk menguasai kelas. Terutama anak Tk dengan berbagai macama karakter. Mereka semua seharusnya mendapatkan perhatian yang sama. Ketika menghadapi anak yang kurang aktif dan pemalu saya berusaha melakukan pendekatan sebaik mungkin agar ia nyaman untuk berinteraksi dengan saya. Saya berusaha seaktif mungkin dan menghampiri bangkunya untuk menanyakan namanya, apakah dia bisa melakukan dan mengikuti apa yang diberikan dikelas. Beda ketika saya berhadapan dengan anak yang aktif bahkan cenderung hiperaktif. Berbagai macam cara interaksi dan komunikasi saya gunakan untuk bisa membuat kelas kondusif.

Ø  Elienz Vidella Tarigan (10-028)
Menurut saya kegiatan micro teaching ini sangat menantang dan cukup membantu kelompok untuk belajar bagaimana berhadapan langsung dengan anak-anak,lalu bagaimana mengajar mereka,kemudian bagaimana menghadapi beberapa kendala dalam mengajar mereka.Karena kita belajar tidak cukup hanya dari teori saja,harus ada praktek langsungnya juga agar proses belajar mengajar itu dapat berlangsung dengan baik.Selain itu kami juga bisa belajar mengenal bagaimana lingkungan kanak-kanak,memahami gerak-gerik mereka,bagaimana ekspresi dan cara mereka menanggapi kegiatan yang kami sampaikan,pokoknya kegiatan ini sangat menantang dan menarik buat saya.

Ø  Fitri Dian Adlina (10-091)
Kegiatan micro teaching ini pengalaman pertama saya untuk mengajar dan memberi materi kepada anak TK. Awalnya sempet grogi karena murid di kelas tersebut sangat banyak, lebih banyak dari biasanya yang berjumlah 18 murid. Apalagi saya mendapat giliran mengajar yang terakhir di dalam kelas. Sehingga agak kesulitan untuk membuat mereka fokus lagi seperti di awal-awal. Tetapi setelah saya mencoba berkenalan dengan mereka , rasa grogi saya sedikit memudar karena mulai memahami karakter mereka. Sehingga saya tahu apa yang harus dilakukan ketika mengajar dan berusaha membangun suasana. Saya senang karena mereka banyak yang aktif. Ketika saya memutar video edukasi tentang lingkungan dan menstimulasi mereka, ternyata pemahaman mereka tentang lingkungan cukup baik. Itu sangat membantu saya dalam menjelaskan materi. Meskipun ada beberapa yang pemalu, tetapi ketika saya menawarkan mereka untuk ke depan dan menceritakan kembali tentang video tersebut, mereka mau. Memang butuh kesabaran dalam menghadapi berbagai karakter mereka yang berbeda. Tetapi sebagai pengajar yang baik seharusnya tetap memberikan mereka kesempatan dan menstimulasi mereka untuk terlibat di kelas. Dan tidak membeda-bedakan merekan. Karena ketika kita mulai mengenal dan memahami mereka dengan baik, maka akan mudah untuk mengambil hati mereka.
Ø  Nadya Putri Delwis (10-024)
 Menyenangkan bisa berinteraksi dengan anak-anak yang masih lucu-lucunya. Mereka ada yang berani untuk tampil di depan ada juga yang malu-malu untuk menampilkan bakatnya. Awalnya saya grogi untuk mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak tersebut, tapi entah kenapa, setelah mencoba dan mereka tanggapannya positif saya menjadi bersemangat. Daya tangkap anak-anak itu juga sangat cepat dan mereka juga mau untuk terbuka mengenai perasaannya.  Jadi, komunikasi dengan anak-anak itu juga lancar dan mengasyikan.

Ø  Rizqa Rethiza (10-102)
Menurut saya sangat menyenangkan dan penuh pelajaran dalam pelaksanaan maupun proses pengerjaan micro teaching ini. Dimana kita dituntut untuk siap dalam menghadapi setiap prilaku anak-anak yang tentu saja tidak dapat diprediksi, begitu juga dengan faktor-faktor lain seperti keadaan murid dan lingkungan kelas. Pada saat kami datang mengunjungi TK Aisyiyah ini untuk praktek micro teaching, ternyata sedang ada anak yang ulang tahun dan hendak mengadakan acara, sehingga kelas tercampur dan melebihi kapasitas biasanya yang hanya 18anak menjadi 25 anak. Karena faktor inilah kelas menjadi semangkin ribut dan susah ditenangkan. Sifat anak juga beragam, ada yang pasif, aktif, hiperaktif, bahkan ada anak autisme dikelas ini, namun hal ini tidak mengurangi semangat kami untuk menyampaikan materi yang ingin kami sampaikan. Kami berusaha keras untuk membuat anak-anak tetap fokus kepada kami dan dapat melakukan apa yang kami ajarkan. Saya dalam micro teaching ini mengajarkan mereka untuk berkreasi dengan origami, dimana dapat mengasah kreativitas mereka. Saya membuat mereka dalam  beberapa kelompok dimana ada 2 anak dalam satu kelompok, namun saya tetap memberikan kertas origami kepada mereka secara perorangan. Saya menjelaskan satu-persatu dari kelompok ke kelompok agar mereka lebih mengerti mengenai langkah-langkah yang juga saya jelaskan sambil mempraktekkan didepan. Mereka dengan baik dapat mengerjakan petunjuk yang saya berikan dan terfokus kepada saya. Berbagai improvisasi saya lakukan untuk membuat mereka lebih mengerti kepada saya. Dan akhirnya saya menyadari bahwa menjadi guru tidak semudah yang saya pikirkan dahulu. Tapi walaupun sulit saya sangat menyukai pengalaman berharga ini J

Ø  Yohanti Viomanna (10-109)
Saya sangat senang dengan pengalaman baru saya ini. Ini akan menjadi pengalaman yang terlupakan untuk saya. Disini saya mengajarkan mereka kesenian menyanyi mengenai alam awalnya guru mereka memberi informasi bahwa mereka sudah bisa membaca, namun ketika dikelas saat kami praktek, karena ada percampuran murid, guru memberitahukan kepada saya bahwa mereka belum bisa membaca, sehingga agak sulit untuk mengajarkan mereka menyanyi, apalagi ternyata mereka belum tahu mengenai lagu yang saya bawakan. Dan ketika saya menulis lagu tersebut dipapan tulis, ternyata mereka belum bisa membaca. Akhirnya saya berimprovisasi untuk mengajak mereka menyebutkan kalimat perkalimat lagu ini, ini membantu mereka untuk mengingat lirik yang saya berikan, setelahnya baru saya mengajak mereka bernyanyi bersama saya. Dan akhirnya saya berhasil membuat bereka bernyanyi bersama saya. Saya merasa senang karena akhirnya berhasil membuat mereka bernyanyi bersama saya yang pada awalnya mereka hanya diam karena tidak mengetahui sama sekali lagu yang saya bawakan. Dengan segala kesulitan dan kebingungan yang ada, saya tetap menyukai micro teaching ini karena sangat menyenangkan J


Senin, 23 April 2012

Testimoni perkuliahan tanggal 23 April 2012

Saya merasa bersalah karena membuat Bu Dina marah dan kecewa sehingga meninggalkan ruangan. Takut juga melihat dosen meninggalkan ruangan seperti itu. Padahal apa yang ibu lakukan memang untuk kebaikan kami. Memang sewajarnya jika tidak diberikan tanggapan, siapa pun juga akan kesal. Maafin kami ya buk...
Kalau tentang remedial UTS, itu merupakan suatu bentuk kepedulian ibuk kepada kami, telah memberikan kesempatan untuk dapat memperbaiki jawaban kami. Namun, karena kesalahan kami juga, waktu pun terbuang dan juga penjelasan yang mau ibuk berikan tidak jadi disampaikan. Sehingga kami sendidri juga yang rugi akhirnya.
Interaksi antara guru dan siswa itu sangatlah dibutuhkan dan merupakan suatu hal yang penting. Agar dapat membuat pemebelajaran itu efektif. Di dalam buku Pedagogi. andragogi dan heutagogi dari Prof. Dr. Sudarwan Danim, bahwa pembelajaran itu selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya. Jadi, harus ada hubungan dua arah agar membuatnya bejalan dengan baik. Jelas waktu perkuliahan tadi, kurang terjalin hubungan dua arah antara dosen dan mahasiswa sehingga apa yang mau disampaikan dan yang harus dilakukan menjadi tidak jelas. Memang hubungan dua arah ini sangatlah penting dalam proses pembelajaran.

Minggu, 22 April 2012

Action Plan

Fauziah Nami Nasution (10-016) 
Nadya Putri Delwis (10-024)
Elienz Tarigan (10-028) 
Fitri Dian Adlina (10-091) 
Rizqa Rethiza (10-102) 
Yohanti Viomana (10-109) 

Tema : Sayang Bumi
Topik : Mengenal Lingkungan

A.Pendahuluan
Salah satu topik terhangat yang menjadi perbincangan serius dimasyarakat adalah memanasnya suhu bumi yang memberikan dampak besar bagi aktivitas manusia sehari-hari. Kenaikan suhu atau panas yang kita rasakan sekarang terjadi sangat cepat. Saat malam haripun kita merasakan panas yang tidak biasa. Hal ini terjadi karena global warming atau pemanasan global yang diakibatkan efek rumah kaca, asap kendaran bermotor, asap pabrik dan industri serta penebangan liar yang semakin marak terjadi. Tidak hanya itu, pengelolaan pembuangan akhir (sampah) juga turut memberikan sumbangan yang besar bagi global warming. Hal-hal tersebut diatas sebenarnya belum terlambat untuk ditanggulangi. Bahkan kita juga masih bisa mencegah pemanasan global yang smakin hari semakin meningkat.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa menanggulangi bahkan mencegah pemanasan global agar tidak meningkat atau meminimalkan efek buruknya bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi? Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal kecil secara individual terlebih dahulu. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon dihalaman rumah, mengurangi pemakaian listrik yang tidak berguna, mengurangi penggunaan bahan yang tidak bisa didaur ulang dan menggunakan lagi bahan-bahan yang masih bisa dipakai, tentu hal ini kita kenal dengan istilah daur ulang.

Mengingat wacana diatas, maka kelompok kami berencana untuk melakukan micro teaching bagi anak-anak dengan prinsip paedagogi yang telah didapat selama perkuliahan dengan tema “ Sayang Bumi “. Tema ini mengusung gerakkan menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya. Semua kegiatan yang dirancang adalah bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang pentingnya menjaga bumi dan hal ini sejalan dengan isu global warming yang saat ini sedang diperbincangkan.

Berkaitan dengan prinsip paedagogi yang telah disinggung diatas, kelompok akan menggunakan 5 strategi mengajar yang efektif untuk merealisasikan pengajaran yang bertema “ Sayang Bumi” yang telah direncanakan. 5 strategi tersebut yang pertama adalah pelatihan, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas. Yang kedua adalah ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses dan diingat. Strategi ini akan diuat semenarik mungkin. Pengajar akan bercerita tentang pemanasan global (tentu dengan cerita yang menarik) disertai dengan tampilangambar ataupun video tentang global warming menggunakan media elektronik laptop. Strategi selanjtnya yaitu dengan mencai dan menemukan, membangun kelompok dan pengalaman serta refleksi. Strategi ini akan diwujudkan dengan mmbuat kelompk kecil dan mengajak anak-anak atau siswa keluar kelas untuk melihat dan perduli dengan lingkungannya. Pengajar akan mengajak siswa secara berkelompok untuk mengumpulkan sampah yang ada disekiatar mereka dan mengajari betapa pentingnya membbaung sampah pada tempatnya. Dengan strategi-strategi ini diharapkan tema “ Sayang Bumi ” yang ingin disampaikan dapat diterima dan dipahami siswa serta berguna untuk kedepannya.

B.Landasan Teori

Guru bertanggung jawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Tentu guru juga harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk kemajuan dibidang paedagogi sendiri, meskipun tidak ada formula yang akan menjamin semangat dan efektifitas bagi setiap siswa dalam setiap konteks, ada bukti-bukti luas yang terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa.Kegiatan belajar mengajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan teknologis melalui aplikasi teknologi pengajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran berbasis teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentranformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik.
Selain itu, seorang guru juga harus memiliki persyaratan baik itu yang cenderung statis maupun dinamis. Namun, melihat perkembangan yang begitu pesat, baik dalam hal teknologi maupun isu-isu lain guru menjadi lebih dituntut untuk memiliki persyaratan “dinamis”. Mengacu pada hal yang saat ini sedang berkembang yaitu isu-isu mengenai pemanasan global (global warming), maka tema “sayang bumi” menjadi tema yang mungkin sangat menarik dan baik diterapkan dalam proses pengajaran.

C.Alat yang Digunakan
• Kertas Origami
• Laptop
• Reward
• Gelas air mineral bekas
• Sedotan
• Perekat

D. Lokasi

TK Muhammadiyah
Jl.Abdul Hakim

E.Perencanaan Kegiatan

Tanggal Kegiatan
9 – 20 April 2012 Menyusun perencanaan kegiatan
21 April 2012 Tinjau lokasi
22 April 2012 Terjun kelapangan


F.Perincian Dana
• Reward : Rp.50.000,-
• Origami : Rp.12.000,-
• Peralatan lainnya : Rp.10.000,-
G.Perincian Kegiatan
Instruktur Kegiatan Bentuk Kegiatan
Fauziah Nami : Mengenal tumbuhan
Nadya Putri : Menari
Elienz Vidella : Keterampilan daur ulang
Fitri Dina Adlina : Video Edukasi mengenai lingkungan
Rizqa Rethiza : Keterampilan origami
Yohanti Viomanna : Menyanyi

testimoni UTS

ujian online ini menurut saya menyenangkan karena kita bisa diberi kebebasan untuk "open" segala-gala sumber bahan baik buku maupun internet. Selain itu, beban dalam ujian juga terasa berkurang karena dikerjakan di rumah.Ujian online ini juga salah satu "seni mengajar" yang memberikan susasana baru bagi siswa-siswa.

*bu, maaf sebelumnya, kemarin ini saya salah posting, saya buat postingan testimoni di comment.. Maaf ya bu atas kekurangan saya...

Minggu, 08 April 2012

observasi dan perencanaan pembelajaran

Sebagai pengajar, perencaaan itu diperlukan agar pengajar selalu berada di jalur yang telah dia rencanakan sehingga mampu mencapai tujuan terbentuknya kepribadian siswa yang sehat. Dalam perencaan pembelajaran, terdapat tujuan dari pembelajaran tersebut, bagaimana cara pelaksanaannya, dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran itu. Sebaiknya perencanaan ini tertulis. Saya rasa guru-guru di Indonesia ini, sudah membuat perencanaan sebelum mereka mengajar, namun yang menjadi masalah, dalam pelaksanaannya terkadang guru tidak mampu mengawasi dengan baik, atau bisa saja kendala sarana yang terbatas bisa membuat kurang maksimalnya tujuan yang dicapai.
Di dalam perencanaan, selain kita merancangnya berdasarkan kurikulum, kita juga harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip pedagogis yang mengatakan bahwa kita juga harus melihat karakter-karakter siswa serta melihat kondisi sekitar yang sedang berkembang juga.
Oleh karena itu, kita bisa melakukan observasi untuk dapat melihat apa yang sedang up to date sekarang ini dan memahami karakter-karakter siswa yang berbeda-beda di satu kelas itu. Memang  untuk mengobservasi itu tidak mudah, namun dengan seiring berjalannya waktu dan latihan, kita pasti akan bisa memahami apa yang kita observasi, sehingga dapat membantu kita dalam merancang perencanaan pembelajaran.

Pedagogi teoritis dan prinsip-prinsip pedagogis

Pedagogi bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Sedangkan pedagogis bermakana bersifat mendidik untuk dapat mencapai tujuan pedagogi itu sendiri.
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian dari pedagogis ini antara lain:
·         Danilov : Pedagogi adalah proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa
·         Alberto Garcia : Pedagogis adalah tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah , yang berdasarkan teori pedagogis tertentu, berorientasi pada tujuan institusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masayarakat.
·         Ana Maria Gonzales Soca : Pedagogis adalah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa Pedagogis ini merupakan sebuah proses pendidikan dan pengajara melalui interaksi antara guru, siswa, serta masyarakat dan keluarga untuk membentuk siswa yang dapat memiliki kepribadian yang sehat untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Kita membutuhkan prinsip pedagogis untuk dapat melaksanakan proses pedagogis itu sendiri dengan lancer. Beberapa prinsip pedagogis:
·         perpaduan antara karakter kolektif dan individual. Jadi, setiap murid itu memiliki karakter individu masing-masing, tugas kita adalah menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.
·         pendidikan dan pengajaran saling melengkapi.
·         proses pendidikan itu berdasarkan kepada hubungan kita dengan kondisi sekitar juga
·         aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain
Prinsip-prinsip pedagogis ini yang dapat membantu para guru, sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. Semua ini tergantung bagaimana guru memahaminya dan mampu merancang program-program yang akan dilaksanakan. Di Indonesia, guru kebanyakan telah berusaha untuk dapat mendidik dan mengajar dengan baik. Namun, terkadang karena keterbatasan sarana dan prasarana yang menjadi kendala dalam kerja guru, seperti tidak adanya akses internet di sekolah, padahal dengan internet bisa saja proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan lebih luas dalam menambah pengetahuan.

Minggu, 01 April 2012

Fenomena Guru Saat Ini

Anggota Kelompok:
09-013 Dwika Septian Ihsan
10-024 Nadya Putri Delwis
10-036 Melva Safira

"Pahlawan tanpa tanda jasa"
Apa yang terlintas di fikiran kita saat membaca statement tersebut..??
:)
Yup, dengan tersenyum kita akan menjawab "Guru", kita akan seketika teringat akan sosok seorang guru, seorang yang keras tapi penyayang (berdasarkan pengalaman pribadi), disiplin, hangat, ceria, humoris, kaku, merasa benar juga ada, metodologis, killer dan berbagai macam sosok guru yang terlintas di fikiran kita tergantung paradigma masing-masing.
Sebenarnya kami agak bingung dengan slogan seperti itu, sejak kapan sebutan itu melekat pada citra seorang guru. Penuh ambiguitas, dan sayangnya kami (maksudnya saya secara pribadi) mencernanya dengan negatif. Tapi ya sudah lah, kami bukan ingin mengupas hal tersebut.
Mungkin dari berbagai kata mata pemikiran kita masing-masing, terdapat banyak mungkin perbedaan dalam menginterpretasikan guru. 

Kenapa sosok guru yang dulu menjadi tidak tampak saat ini? Guru tidak lagi jadi panutan dan lebih ke pada seorang pelayan?

                Kalau kita membalik buku sejarah beberapa tahun kebelakang, tergambarlah sosok guru yang jauh dari fenomena seperti sekarang ini. Guru dulu lebih cenderung seperti seorang relawan dalam memberantas kebodohan dan memperbaiki akhlak masyarakat di sekitarnya. Guru dulu sangat dipandang, memiliki kharismatik di masyarakat, dan merupakan tokoh cendekia, salah satu agen perubahan bagi lingkungannya. Guru tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai seorang motivator yang selalu mem-brainstorming pemikiran-pemikiran peserta didiknya bahkan masyarakat pada umumnya.

                Sangat ironis memang dibandingkan saat ini. Guru tidak begitu dihargai lagi sebagai bagian dari cendekiawan masyarakat, tapi lebih kepada seragam yang dia gunakan. Sehingga pemikiran saat ini membelok dari kesadaran akan pendidikan menjadi pengharapan akan prestasi dan status sosial. Sejalan dengan itu tuntutan dari ide-ide ideal dari pemerintah (Depdiknas)—yang bermunculan hampir bersamaan; seperti halnya dulu ada PAKEM, Pembelajaran Portofolio, Kontekstual, dan Pembelajaran Model Quantum, menciptakan nuansa “kebingungan” di kalangan guru, sehingga secara tidak langsung menciptakan kejenuhan dan banyak sedikit akan berimbas kepada motivasi guru terkait kesadaran akan pendidikan. Belum lagi berbagai macam kurikulum yang coba-coba dan selalu berubah-ubah dalam rentang waktu yang singkat.

                Menjadi tenaga pengajar yang kompeten memang menjadi harapan saat ini. Pemerintah pun melakukan berbagai intensif, salah satunya adalah sertifikasi guru. Dengan intensif kenaikan gaji 100% bahkan lebih diharapkan guru menjadi semakin kompeten dan bergairah dalam menjalankan tugas. Akan tetapi hal ini malah mendoktrin timbulnya dua motif; motif ekonomi dan motif psikologis. Motif ekonomi menyebabkan guru berorientasi kepada gaji yang didapat ditambah adanya jaminan hidup. Dan motif psikologis yang mengajari guru berorientasi akan prestasi dan jabatan dalam internal institusi. Guru memang mengalami peningkatan dalam presatasi secara administratif, tapi juga menciptakan paradigma baru—menjadi guru (PNS) dapat menjamin kehidupan anak dan masa tua, motif-motif ini lah sebagai pemicu kompetisi berprestasi, tapi sayang bukan sebagai relawan yang mendedikasikan prestasinya untuk pendidikan, tapi terlebih kepada jabatan, status yang tinggi, dan pemenuhan kebutuhan hidup apalagi dimasa konsumtif seperti saat ini.

Sehingga muncul lah guru-guru yang terlalu menuntut prestasi kepada siswanya, dari pada membuat mereka mengerti akan pelajaran tersebut. Tak jarang juga banyak guru yang mahir dalam konsep tapi bingung dalam praktis, pada student centered learning misalnya, jika guru kurang bisa mengontrol proses pembelajaran, tak jarang kemungkinan siswa menjadi kurang menghargai guru. Terkadang guru memang agak ketinggalan jauh tentang perkembangan teknologi yang semakin modern, dibandingkan siswanya sendiri, sehingga siswa yang cenderung lebih upgrade merasa kurang motivasi untuk belajar. Hal ini banyak terjadi pada guru yang sudah agak berumur dan susah untuk di rubah mindset-nya.

Sebenarnya masalah terbesar adalah kurangnya kesadaran akan image seorang guru baik dari masyarakat maupun dari guru itu sendiri. Menjadi guru merupakan pekerjaan sepele bagi masyarakat saat ini, kalau dulu guru menjadi panutan, sekarang tidak begitu dipandang. Sebagai pemikir dalam masyarakat, guru mulai tidak begitu diperhitungkan. Kurangnya kesadaran ini menuntut professionalitas guru bergeser menjadi pelayan masyarakat. Sehingga tidak jarang banyak kasus pengaduan tindak kekerasan guru terhadap siswa menjadi hal yang sudah biasa, dan dirasa perlu bagi masyarakat agar guru tidak semena-mena terhadap anaknya. Kalau kita flashback kepada kenyataan guru di masa lalu, orang tua sangat mempercayakan anak mereka sepenuhnya kepada guru. Guru lah tempat anaknya belajar berperilaku dan berfikir, menjadi orang yang baik di masyarakat. Metode punishment yang dilakukan oleh sang guru malah mendapat dukungan dari orang tua. Akan tetapi dulu memang kebanyakan guru memiliki kredibilitas dalam mendidik siswa dengan etika yang baik.

Tuntutan modernisasi juga sangat mempengaruhi, apalagi indonesia yang sarat akan pengaruh budaya luar, baik timur maupun barat dan berbagai trend masa kini. Budaya barat yang banyak mengajarkan individualisme, menjadikan anak-anak bersikap mandiri, memiliki prinsip dan setting pemikiran sendiri. Budaya timur yang kaya akan aturan, norma, dan etika yang mengajarkan cara bersikap yang baik dalam kebersamaan. Dan trend yang mengajari lifestyle, mode, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut menuntut kita—tidak hanya guru tapi juga masyarakat, agar dapat melihat dengan kaca mata positif agar tuntutan modernisasi tidak merugikan terlebih dalam ranah pendidikan.